Rabu, 16 Juni 2010

Proposal

Proposal adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh si penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelasan sebuah tujuan kepada si pembaca (individu atau perusahaan) sehingga mereka memperoleh pemahaman mengenai tujuan tersebut lebih mendetail. Diharapkan dari proposal tersebut dapat memberikan informasi yang sedetail mungkin kepada si pembaca, sehingga akhirnya memperoleh persamaan visi, misi, dan tujuan. Ada beberapa hal yang biasanya di detailkan dalam proposal bisnis:

  1. Penjabaran mendetail mengenai tujuan utama dari si penulis kepada pembacanya.
  2. Penjabaran mendetail mengenai proses bagaimana mencapai tujuan si penulis kepada pembacanya.
  3. Penjabaran mendetail mengenai hasil dari proses yang telah dijabarkan diatas sehingga mencapai tujuan yang diinginkan oleh si penulis dan juga si pembaca.
Jenis-Jenis Proposal
Berdasarkan bentuknya, proposal dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: proposal berbentuk formal, semiformal, dan nonformal. Proposal berbentuk formal terdiri atas tiga bagian utama, yaitu:
1) bagian pendahuluan, yang terdiri atas: sampul dan halaman judul, surat pengantar (kata pengantar), ikhtisar, daftar isi, dan pengesahan permohonan.
2) isi proposal, terdiri atas: latar belakang, pembatasan masalah, tujuan, ruang lingkup, pemikiran dasar (anggapan dasar), metodologi, fasilitas, personalia (susunan panitia), keuntungan dan kerugian, waktu, dan biaya.
3) bagian pelengkap penutup, yang berisi daftar pustaka, lampiran, tabel, dan sebagainya.
Proposal semiformal dan nonformal merupakan variasi atau bentuk lain dari bentuk proposal formal karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu atau tidak selengkap seperti proposal bentuk formal.

Isi Proposal
Jenis dari isi proposal ada dua, seperti yang diatas adalah isi proposal yang berbentuk kompleks, dan yang sederhana meliputi: nama kegiatan (judul), dasar pemikiran, tujuan diadakannya kegiatan, ruang lingkup, waktu dan tempat kegiatan, penyelenggara (panitia), anggaran biaya, dan penutup.

Ciri-Ciri Proposal

1. Proposal dibuat untuk meringkas kegiatan yang akan dilakukan
2. Sebagai pemberitahuan pertama suatu kegiatan
3. Berisikan tujuan-tujuan, latar belakang acara
4. Pastinya proposal itu berupa lembaran-lembaran pemberitahuan yang telah di jilid yang nantinya diserahkan kepada si empunya acara
5. dan lain-lain yang sulit untuk dijelaskan (dicari).

Sistematika Proposal
Bagi Anda yang ingin membuat proposal sendiri dari nol tanpa harus mencontoh beberapa contoh proposal di atas, berikut kami lampirkan juga sistematika penulisan proposal secara umum yang dapat digunakan untuk tujuan apa saja, dan dapat Anda modifikasi sesuai tujuan.

1. Pendahuluan

  • Berisi tentang hal-hal dan kondisi umum yang melatarbelakangi dilaksanakan kegiatan tersebut.
  • Hubungan kegiatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari(nyata)
  • Point-point pembahasan pada pendahuluan ini, mengacu pada komponen S-W-O-T yang telah dibahas sebelumnya.

2. Dasar Pemikiran

  • Berisi tentang dasar yang digunakan dalam pelaksanaan, misalnya: Tri Darma Perguruan Tinggi, program kerja pengurus dan lain-lain
  • Jika kegiatan tersebut bukan dari organisasi, maka didasarkan secara umum, misalnya : Peraturan Pemerintah No sekian

3. Tujuan

  • Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut ( umum dan khusus)
  • Tentukan juga keluaran ( output ) yang dikehendaki seperti apa

Contoh :

  • Memperoleh kader-kader KMHDI
  • Memberi pengetahuan manajerial dan leadership bagi calon anggota KMHDI

4. Tema

  • Tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut

5. Jenis Kegiatan

  • Diperlukan untuk menjelaskan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan jika kegiatannya lebih dari satu,
  • Menjelaskan bentuk dari kegiatan tersebut. Misal: berupa Seminar, Pelatihan, penyampain materi secara lisan, Tanya jawab dan simulasi dll.

6. Target

  • Berisi uraian yang lebih terperinci dari Tujuan (Point 3) terutama mengenai ukuran-ukuran yang digunakan sebagai penilaian tercapai atau tidaknya tujuan.

Contoh :

  • Target acara ini adalah untuk mencetak minimal 25 orang pelatih KMHDI yang masing-masing diantaranya, memiliki kemampuan yang sesuai dengan standar yang Buku Pedoman Kaderisasi Jilid I KMHDI, dan setiap pelatih tersebut memiliki nilai rata-rata diatas 7 (dengan range 10) dalam setiap materi pelatihan.

7. Sasaran/Peserta

  • Menjelaskan tentang objek atau siapa yang akan mengikuti kegiatan tersebut ( atau lebih kenal dengan peserta)

8. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

  • Tentukan dimana, hari, tanggal, bulan, tahun serta pukul berapa akan dilaksanakan kegiatan tersebut.

9. Anggaran Dana

  • Dalam anggaran disini, hanya disebutkan jumlah total pemasukan dan pengeluaran yang diperkirakan oleh panitia, sedangkan rinciannya dibuat dalam lampiran tersendiri

10. Susunan Panitia

  • Dalam halaman atau bagaian susuna panitia, biasanya hanya ditulis posisi yang penting-penting saja, seperti Pelindung Kegiatan, Ketua panitia, Streering Commite dll, sedangkan kepanitian lengkap dicantumkan dalam lampiran.

11. Jadwal Kegiatan

  • Dibuat sesuai dengan perencanaan dalam kalender Kegiatan yang telah disusun sebelumnya
  • Atau bisa juga ditulis terlampir, jika jadwalnya banyak.

12. Penutup

  • Berisi tentang harapan yang ingin dicapai dan mohon dukungan bagi semua pihak.
  • Ditutup dengan lembar pengesahan proposal
  • Terakhir, diikuti dengan lampiran




Pustaka :
  1. http://chandil.wordpress.com/2007/05/02/definisi-proposal/
  2. http://indonesialanguage.blogspot.com/2008/03/materi-bahasa-indonesia_07.html
  3. http://pustaka-ebook.com/contoh-proposal/
  4. http://www.eclipse.org/proposals/
  5. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Proposal&ei=BckYTLa0DIvDrAfe_NXxBQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=10&ved=0CD4Q7gEwCQ&prev=/search%3Fq%3Dproposal%26hl%3Did%26prmd%3Dnv

Rabu, 14 April 2010

Pra Penulisan Ilmiah

Pra Penulisan Ilmiah

a. Hakikat Masalah

Hakikat masalah ialah berisi tentang masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam penelitian yang bersangkutan.

b. Sumber Masalah

Sumber masalah adalah sumber-sumber yang dari padanya bisa diangkat atau ditarik sesuatu masalah yang tepat untuk diteliti. Dalam hal ini, seseorang dituntut komitmen dan tanggungjawabnya yang sungguh-sungguh untuk memilih masalah yang benar-benar berarti secara akademis, untuk itu mungkin akan menuntuk banyak pengorbanan waktu, tenaga, dan mungkin juga dana.


c. Teknik merumuskan masalah

Setiap penelitian harus mempunyai satu masalah pokok. Masalah pokok ini dapat dikembangkan menjadi beberapa masalah khusus. Rumusan masalah dapat dikemukakan dengan tiga cara, yaitu: dengan kalimat tanya, dengan kalimat pernyataan, misalnya: dengan kalimat pernyataan yang dipertegas dengan kalimat tanya.

d. Membuat Hipotesis yang Baik

Menurut Dahlan(2004) ada 5 tahapan tahapan yang harus diperhatikan dalam menentukan uji hipotesis yang tepat dalam melalukan pengolahan data penelitian.

1. Skala pengukuran

ada 4 jenis skala pengukuran yaitu nominal, ordinal (bertingkat), interval, rasio nominal dan ordinal masuk ke dalam katagorikal atau non parametrik, sedangkan interval dan rasio masuk ke dalam non katagorikal atau parametrik atau numerik

Biasanya bidang ilmu keperawatan/kesehatan banyak menggunakan skala

pengukuran non parametrik atau katagorikal berupa nominal dan ordinal


2. Jenis hipotesis

ada 2 jenis hipotesis yaitu :

a. komparatif (perbedaaan) / asosiatif (hubungan)

asosiatif dibagi menjadi 2 yaitu asosiatif simetris dan asosiatif kausal

contoh asosiatif simetris : “Adakah perbedaan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam komunikasi terapeutik ?

Contoh asosiatif kausal : “Adakah pengaruh mobilisasi terhadap proses penyembuhan luka?

b. korelatif, contoh “Berapa korelasi atau hubungan antara tingkat kepercayaan terhadap

perubahan perilaku ?”


3. Jumlah kelompok (satu kelompok atau lebih)


4. Berpasangan atau tidaknya responden


5. Tabel silang (baris X kolom) biasanya disingkat B X K


6. Uji parametrik atau non parametrik



e. Ciri – ciri Hipotesis yang Baik

Hipotesis yang baik memiliki paling kurang empat ciri pokok : 1) hipotesis harus sesuai dengan pengetahuan yang sedang umum berlaku dalam suatu bidang. 2) hipotesisi harus tunduk pada konsistensi logika. 3) hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk sederhana. 4) Hipotesis harus dapat diuji. Bahwa hipotesis harus sesuai dengan pengetahuan yang umum berlaku adalah suatu hal yang jelas. Jika literatur yang ada menyebutkan suatu pandangan yang sama.




Pustaka :

  1. http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/pemilihan-topik-latar-belakang-dan-perumusan-masalah/

  2. http://www.google.co.id/#hl=id&q=pengertian+sumber+masalah+dalam+penulisan+ilmiah&meta=&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=983862b504061180

  3. http://muhammad-win-afgani.blogspot.com/2008/08/sumber-sumber-masalah-penelitian.html

  4. http://www.google.com/#hl=en&q=definisi+Hakikat+Masalah&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=caec63d5ff72707a

Metode Ilmiah


Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan observasi serta membentuk hipotesis . Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”
Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini.

Langkah-langkah metode ilmiah ialah :
  • Menyusun Rumusan Masalah
  • Menyusun Kerangka Teori
  • Merumuskan Teori
  • Melakukan Eksperimen
  • Mengolah dan Menganalisis Data
  • Menarik Kesimpulan
  • Mempublikasikan Hasil

Menyusun Rumusan masalah

Hal-hal yang harus diperhatikan:

  • Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih
  • Masalah tersebut merupakan masalah yang dapat diuji dan dapat dipecahkan
  • Masalah disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padat dan jelas

Menyusun Kerangka Teori

Mengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori maupun data-data fakta di lapangan. Dari keterangan-keterangan dan teori informasi tersebut diperoleh penjelasan sementara terhadap permasalahan yang terjadi

Merumuskan Hipotesis

Hipotesis = jawaban sementara yang masih perlu dicari kebenarannya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis:

  • Ditulis dalam pernyataan
  • Sederhana dan jelas
  • Berdasarkan keterangan-keterangan atau informasi yang dikaji baik dari sumber bacaan maupun fakta

Sifat Ilmu Pengetahuan dan Metode Ilmiah:

Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Definisi, aturan, inferensi induktif, probabilitas, kalkulus, dll. merupakan bentuk logika yang menjadi landasan ilmu pengetahuan. Logika dalam ilmu pengetahuan adalah definitif. Obyektif atau sesuai dengan fakta. Fakta adalah informasi yang diperoleh dari pengamatan atau penalaran fenomena.

Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.

Sistematis yaitu adanya konsistensi dan keteraturan internal. Kedewasaan ilmu pengetahuan dicerminkan oleh adanya keteraturan internal dalam teori, hukum, prinsip dan metodenya. Konsistensi internal dapat berubah dengan adanya penemuan-penemuan baru. Sifat dinamis ini tidak boleh menghasilkan kontradiksi pada azas teori ilmu pengetahuan.

Andal yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan hasil yang dapat diandalkan. Ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan universal.

Dirancang. Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah. Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.

Akumulatif. Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang terkumpul sedikit demi sedikit. Apabila ada kaedah yang salah, maka kaedah itu akan diganti dengan kaedah yang benar. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.

Ciri Penelitian:

Keluaran penelitian harus mengandung kontribusi atau nilai tambah, harus ada sesuatu yang baru untuk ditambahkan pada perbendaharaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Originalitas yang dikandung dalam kontribusi penelitian dapat berlainan tingkatnya, dan tingkat kontribusi ini akan menentukan mutu penelitian. Misalnya, hasil penelitian S3 biasanya mempunyai kontribusi yang sangat mendasar, mempunyai keberlakuan universal, atau mempunyai dampak luas pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kontribusi penelitian S2 bersifat kelanjutan atau penambahan teori, proses atau penerapan yang telah ada. Sedangkan penelitian S1 biasanya merupakan hasil karya mandiri dalam menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya selama belajar di tingkat S1. Kontribusi itu dirumuskan sebagai tesis penelitian.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode ilmiah. Penerapan metode ilmiah dalam penelitian bertujuan agar keluaran penelitian dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya atau mutunya.

Tesis sebagai keluaran penelitian diuraikan atau dibuktikan secara analitis, yaitu dijelaskan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel dengan menggunakan metode ilmiah.
Slide 1
Ä








Pustaka :
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
  2. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:AxbT_EcUf9QJ:files.mfanwarie.webnode.com/200000005-b167eb2617/Langkah%2520%E2%80%93%2520Langkah%2520Metode%2520Ilmiah%2520X%2520smt%25201%2520ke%25202.ppt+metode+ilmiah&cd=6&hl=en&ct=clnk
  3. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:f8WCp806qskJ:www.isekolah.org/file/h_1090893723.doc+metode+ilmiah&cd=4&hl=en&ct=clnk
  4. http://www.google.com/search?hl=en&q=metode+ilmiah&start=0&sa=N
  5. http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/29/apakah-yang-dimaksud-dengan-metode-ilmiah/

Minggu, 04 April 2010

Karya Ilmiah

Karya ilmiah pada dasarnya merupakan laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah juga beragam. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain. Karya ilmiah juga berbeda bentuk penyajiannya sehubungan dengan berbedanya tujuan penulisan serta media yang menerbitkannya.

Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya. Laporan ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah.

Syarat Karangan Ilmiah :

  • Penulisannya berdasarkan hasil penelitian.
  • Pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta.
  • Karangan mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya..
  • Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu
  • Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur dan cermat.
  • Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir.
Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian
2. Pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta
3. Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya
4. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu
5. Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, dan cermat
6. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan.

Macam-macam karya ilmiah adalah ilmiah terbagi atas karangan ilmiah dan laporan ilmiah. Manfaat menulis ilmiah :
1. Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan teknik, aturan / kaidah standar, disajikan teratur, runtun dan tertib.
2. Menulis ilmiah memerlukan literatur, buku-buku ilmiah, kamus, ensiklopedia yang disusun tertib.
3. Oleh sebab pada hakikatnya sebuah karangan ilmiah ialah laporan tentang kebenaran yand diperoleh dari hasil penelitian di lapangan.
4. Karena dalam karya ilmiah ada organ yang disebut bab pembahasan yang berfungsi menganalisis, memecahkan dan menjawab setiap permasalahan sampai tuntas hingga ditemukannya jawaban berupa karya ilmiah.
5. Karena dalam karya ilmiah ada organ yang disebut bab landasan teori atau kerangka teoritis yang berfungsi memaparkan teori-teori para ahli seta mengomentari atau mengkritiknya untuk mendukung dan memperkuat argumen penulis.
6. Bahasa komunikatif ilmiah memiliki syarat :
a. harus jelas = harus bermakna tunggal tidak boleh ambigu
b.penempatan gatra (unsur fungsional dalam kalimat) harus lengkap dan dan tepat
c. diksi atau pilihan kata harus tepat.

Karakteristik :
1. Baik penyajian atau penganalisisan karya ilmiah harus dapat dimengerti atai dipahami oleh pembaca dari berbagai latar belakang,
2. tidak ada curahan jiwa atau unsur-unsur emosional
3. penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus lugas ditandai dengan pemakaian kalimat yang efektif.

Penulisan karya ilmiah Mengacu kepada :

  1. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).
  2. Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI).
Sikap ilmiah menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.

Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara ;ain :
Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.

Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.

Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.

Sikap menghargai karya orang lain: Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.


Menurut pendapat saya penulisan karya ilmiah sangat-sangat berguna dan sangat banyak manfaatnya bagi semua kalangan, baik bagi si penulis, pihak yang di teliti, dan juga bagi pembaca.





Pustaka :
  1. http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/
  2. http://id.shvoong.com/humanities/1914052-manfaat-menulis-ilmiah/
  3. http://gloriasuter.wordpress.com/2009/11/18/menyusun-dan-menilai-karya-tulis-ilmiah-yang-berupa/
  4. http://74.125.153.132/search?q=cache:sMtRzXOB1BEJ:repository.binus.ac.id/content/A0282/A028263511.ppt+definisi+karya+ilmiah&cd=4&hl=en&ct=clnk
  5. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/bahasa-indonesia/pengertian-karya-ilmiah-0

Senin, 22 Maret 2010

Penalaran Induktif

Penalaran Induktif merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. keuntungannya adalah bersifat ekonomis dimungkinkan proses penalaran selanjutnya.

Penalaran induktif terkait dengan empirisme. Secara empirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara.
Penalaran induktif ini berpangkal pada fakta empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum. Induksi berlangsung dengan generalisasi dan ekstrapolasi pendapat dimana tidak mungkin mengamati semua fakta yang ada, sehingga kesimpulan induktif bersifat logical probability.
contoh penalaran induktif adalah :
kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata
:. setiap hewan punya mata
penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.

Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.

Generalisasi Sempurna

Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.

Contoh: sensus penduduk.

Generalisasi tidak sempurna

Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.

Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.

Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:

  1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
  2. Sampel harus bervariasi.
  3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.

Analogi dan anomali sebagai suatu terminologi telah dikenal sejak zaman
Plato dan Aristoteles. Kemunculan terminologi ini disebabkan karena populemya teori
analogi dan anomali pada waktu itu yang masing-masing memiliki pendukung.
Golongan pendukung analogi mengatakan bahwa alam ini memiliki
keteraturan, manusia juga memiliki keteraturan, demikian juga halnya dengan
bahasa. Kelompok analogii mengatakan bahwa bahasa itu teratur. Sebagai bukti
dalam bahasa Inggris bentuk jamak dari boy menjadi boys, table menjadi tables,
flower menjadi flowers.
Keteraturan bahasa membawa konsekwensi dapat disusunnya suatu tata
bahasa. Analogi ini dianut oleh Plato dan Aristoteles. Prinsip analogi ini sebenarnya
merupakan tranforrnasi dari keteraturan logika dan matematika di dalam bahasa
(Kaelan, 1998 :36).
Sebaliknya kaum anomalis berpendapat bahwa bahasa itu berada. dalam
bentuk tidak teratur (irregular). Sebagai bukti mereka menunjukkan bentuk jamak
bahasa Inggris child menjadi children, man menjadi men. Dalam kenyataan sehari-
hari mengapa ada senonimi dan homonimi. Dalam pengertian ini bahasa itu pada
hakekatnya bersifat alamiah. Pendapat kaum anomali ini masih digunakan sebagai
salah satu ciri bahasa bahwa bahasa itu pada hakikatnya orbitur (Porera, 1986:46).
Ringkasnya dapat disusun secara sederhana bahwa analogi adalah
keteraturan bahasa, sedangkan anomali adalah ketidak teraturan bahasa atau
penyimpangan bahasa.


Pustaka :

  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
  2. http://killing-party.blogspot.com/2008/12/metode-penalaran-induktif-dan-deduktif.html
  3. http://www.vanz-garuda.co.cc/2010/03/penalaran-induktif.html
  4. http://id.wikipedia.org/wiki/Generalisasi
  5. http://id.wikipedia.org/wiki/Analogi
  6. http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:uXG1r3AKbj0J:library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-suwarto.pdf+analogi+bahasa&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShrzmNklJSnT0MqbR2koCNKwn69ItyNcoIBBhxW-irGixTRsRUW3l_FslL0HfzKdQO6GrGRpT72y7ZzYxh7p6RKUgXyMjrGCvnEJvYQn80hLPJq4i4r08chXLaCE0l1TAylE9UA&sig=AHIEtbTjtoIiDz0Xzwv4Imms2yhrngH1tQ

Minggu, 14 Maret 2010

Penalaran Deduktif

Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.

  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  • Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formalmaterial. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat. maupun

Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.

Proposisi

Dalam logika modern, suatu proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan kata lain, hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri. Kalimat yg berbeda dapat mengekspresikan proposisi yang sama, jika artinya sama.

Proposisi kategorik terdiri atas empat unsur, dua di antaranya merupakan materi pokok proposisi, sedang 2 yang lain sebagai hal yang menyertainya. Empat unsur yang dimaksudkan adalah term sebagai subjek, term sebagai predikat, kopula, dan kuantor.

Term sebagai subjek adalah hal yang diterangkan dalam proposisi, term sebagai predikat adalah hal yang menerangkan dalam proposisi. Kedua unsur sebagai subjek dan predikat inilah yang merupakan materi pokok proposisi kategorik. Kopula merupakan hal yang mengungkapkan adanya hubungan antara subjek dan predikat, dan kuantor merupakan pembilang yang menunjukkan lingkungan yang dimaksudkan oleh subjek.

Silogisme sebagai Bentuk Hasil Penalaran Deduktif

Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan yang didasarkan atas pernyataan-pernyataan ( proposisi yang kemudian disebut premis ) sebagai antesedens ( pengetahuan yang sudah dipahami ) hingga akhirnya membentuk suatu kesimpulan ( keputusan baru ) sebagai konklusi atau konsekuensi logis.


Macam-Macam Silogisme

Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga: 1) silogisme kategorial; 2) silogisme hipotetis; dan 3) silogisme alternatif. Namun, bisa juga dibedakan menjadi dua yang lain: 1) silogisme kategorial; dan 2) silogisme tersusun. Perhatikan pembahasan berikut!

1. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

2.Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotetis adalah silogisme yang memiliki premis mayor berupa proposisi hipotetis (jika), sementara premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris.

3. Silogisme Alternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

4.Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.









Pustaka :
  1. http://rozi.ngeblogs.com/archives/13
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
  3. http://id.wikipedia.org/wiki/Proposisi
  4. http://massofa.wordpress.com/2008/01/31/proposisi-kategorik-penyimpulan-langsung-dan-silogisme-kategorik/
  5. http://aristobe74.blogspot.com/2010/02/silogisme-kategorial.html
  6. http://caksuni.blogspot.com/2009/08/silogisme-hipotetis.html
  7. http://occy-lee.blogspot.com/2010/02/tugas-bahasa-indonesia-2-penalaran.html

Senin, 22 Februari 2010

Penggunaan Bahasa Indonesia Baku

Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap
manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia.
Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang
akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku.

Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan
kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila
pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai ragam bahasa non baku dipakai pada situasi
santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian.
Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang
dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.
Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu:
a. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak
menggunakan kata penghubung.
b. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh:
bilang, bikin, pergi, biarin.
Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa
bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami
bahasa tutur.

Menurut pidato yang disampaikan oleh Mohamad Jamin pada kongres pemuda Indonesia 1 ialah masa depan kebudayaan Indonesia akan dinyatakan dalam bahasa Melayu. Bahasa itulah yang menjadi indentitas kebangsaan Indonesia sebagaimana dituangkan secara eksplisit dua tahun kemudian pada 28 Oktober 1928.

Menurut bayangan Jamin, bahasa Indonesia dan budaya Indonesia akan sampai pada kepaduan sebagai satu identitas bangsa, sebagai gaya hidup warga. Namun, hari-hari terakhir ini kita ditantang oleh kenyataan yang berbeda. Pembakuan bahasa Indonesia dalam undang-undang mengarah pada pembakuan dan berbahasa Indonesia dalam konteks praksis mengarah pada pencarian identitas baru atau pencarian identitas lama.

Bahasa Indonesia baku selama ini hanya digunakan dalam konteks yang tertentu dan sangat khusus. Bahasa baku telah menjadi bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari warga Indonesia. Contohnya saja dlam waktu 24 jam siaran di televisi, bahasa baku hanya tampak dan terdengar hanya dalam siaran berita yang berdurasi sekitar 90 menit per hari. Selebihnya, kita tidak menemukan bahasa baku dalam komunikasi periklanan, pemilihan nama acara televisi, dan praktik berbahasa di dalam siaran itu sendiri. Alasannya beragam, bahasa baku tidak bernilai jual, tidak gaul, tidak mengangkat gengsi, dan tidak mampu meraih penghayatan pembaca. Sangat miris memang, tetapi inilah yang tengah terjadi akhir-akhir ini. Seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia bangga memiliki bahasa Indonesia.

Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai "loghat yang paling betul" bagi sesuatu bahasa. Keseragaman dalam bentuk bererti bahawa bahasa baku sudah dikodifikasikan, baik dari segi ejaan, peristilahan, mahupun tatabahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah semestinya merupakan penyeragaman kod yang mutlak. Misalnya, dalam tatabahasa sudah ada rumus morfologi Melayu yang menetapkan bahawa konsonan k pada sesuatu kata dasar digugurkan apabila diberi awalan meN; umpamanya kasih menjadi mengasihi, dan ketat menjadi mengetatkan. Tetapi dengan masuknya kata asing yang mengandungi gugus konsonan pada awal kata, rumus tersebut diberi rumus tambahan, iaitu untuk kes tersebut, konsonan k tidak digugurkan apabila diberi awalan meNG; umpamanya kritik menjadi mengkritik.

Dari segi fungsi, bahasa baku dapat menjadi unsur penyatu, unsur pemisah dan pemberi prestiji karena:

* Unsur penyatu: digunakan oleh orang-orang daripada pelbagai daerah loghat;
* Unsur pemisah: memisahkan bentuk bahasa baku itu daripada loghat-loghat lain dalam bahasa itu; dan
* Pemberi prestij: digunakan oleh segolongan orang dalam suasana tertentu, biasanya dalam urusan rasmi; umpamanya laporan, surat, surat pekeliling, borang, radio, televisyen, dan sebagainya.

Walau bagaimanapun, ketiga-tiga fungsi ini dianggap oleh Paul Garvin sebagai fungsi perlambangan.
Dalam konteks pentadbiran dan pengurusan, fungsi yang harus ditekankan ialah fungsi objektif, yaitu bahasa baku sebagai rangka rujukan untuk menentukan salah-betulnya penggunaan bahasa. Jika fungsi objektif ini tidak ditegaskan, niscaya bahasa yang digunakan dalam pentadbiran dan pengurusan akan berbeda-beda bentuknya. Apabila hal ini terjadi, maka kecekapan pentadbiran dan pengurusan akan tergugat.

CIRI-CIRI BAHASA BAKU
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar.
Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi,perundang- undangan,penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan
sebagainya.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan
sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya.
Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan
pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan.

Penggunaan Kata-Kata Baku
Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah
lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang
belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali
dengan pertimbangan- pertimbangan khusus.

Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari
penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan
unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca.

Jadi, menurut pendapat saya sebaiknya bahasa baku jangan dilupakan. Memang banyak faktor-faktor dari luar yang masuk tetapi sebaiknya kita sebagai warga negara Indonesia yang cinta kepada tanah air gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai bukti bahwa kita cinta kepada bangsa Indonesia.




Pustaka :
1. Harian surat kabar Kompas, Sabtu 13 Februari 2010, hal 12, Saifur Rohman.
2. http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:lXLh99z0npYJ:library.usu.ac.id/download/fs/indonesia-salliyanti1.pdf+bahasa+baku&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESizanzRwgAS2cY_aeklGdT8UhdBT041RJCMk9aO4Tb1SO3az6-U3YMv0iA9iNiJScCWeBrecSuN35YMWboMS4dOCGgkSeH8_DQGGQEF3U3nDwjJSmShZGr4pA6fqBF9EtD2Lo9_&sig=AHIEtbSrUVOX3OEq-uviJ8FyJ62jhthGEQ
3. http://ms.wikipedia.org/wiki/Bahasa_baku
4. http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=bahasa+baku&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta=&aq=f&oq=bahasa+baku&fp=3c535af0b522fb05
5. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&ct=res&cd=3&ved=0CA4QFjAC&url=http%3A%2F%2Forganisasi.org%2Fbahasa-baku-penggunaan-pada-tulisan-dan-lisan-masyarakat-bahasa-indonesia&rct=j&q=bahasa+baku&ei=fH-CS_GQBJKmrQebpuXWBw&usg=AFQjCNH2jdf38bHRkRL_qTUfdhJqDZHd3w